BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU MENDISIPLINKAN SISWA
Sahat Parnasipan Manalu.S.Pd., M.Hum
Guru SMAN 2 Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara
Abstrak
Hakekat pendidikan adalah pembelajaran. Belajar adalah
membangun manusia berkualitas, yakni menjadi manusia berkarakter. Disiplin
adalah karakter yang menentukan kualitas pendidikan Indonesia. Mendisiplinkan
peserta didik, guru seharusnya menggunakan cara-cara memanusiakan manusia. Menjalin, membina dan memperbaiki komunikasi mutualis
adalah cara aktif, kreatif, positif dan efektif untuk membiasakan peserta didik
kearah yang lebih baik, yaitu menjadi manusia yang patuh dan taat. Disamping
harus menjadi teladan bagi anak didiknya, guru seharusnya mampu menyadarkan
anak didik untuk mematuhi ketentuan, aturan dan tata tertib sekolah. Dengan
memahami latar belakang peserta didik, guru diharapkan dan seharusnya membantu
peserta didik mengenali diri dan potensinya, membantu peserta didik
meningkatkan kualitas perilakunya, dan menjadikan peraturan dan tata tertib
sekolah sebagai alat untuk memotivasi peserta didik.
Kata kunci: pendidikan, disiplin, guru,
peserta didik
1.
PENDAHULUAN
Sekolah adalah tempat terjadinya proses
pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Sebagai pendidik, pengajar dan
pelatih guru
diharapkan mampu membina anak didik menjadi manusia seutuhnya. Manusia menjadi
manusia seutuhnya apabila dimanusiakan dengan cara cara
manusia. Ungkapan ini diharapkan mampu membantu para guru untuk melatih, mengajar anak didik dengan cara terdidik. Sekolah adalah tempat yang
tepat untuk menguwujudkan semua itu. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang
di senangi anak didik untuk menyalurkan seluruh minat, bakat dan kemampuannya.
Pada
kenyataanya dewasa ini, banyak anak didik yang justru menganggap sekolah itu
menjadi tempat yang menbosankan. Hidup dalam kebebasan menjadi alasan untuk
melanggar aturan. Seringkali anak didik beranggapan bahwa aturan sekolah adalah
pembatasan mereka untuk berkreasi dengan bebas. Teguran guru dianggap sebagai hukuman
dan bahkan sebagai pelecehan. Hal seperti ini seharusnya mendapat perhatian
serius dari warga sekolah baik guru maupun tenaga kependidikan lainya.
Dari
berbagai kasus dunia pendidikan Indonesia menjadikan kualitas pendidikan semakin
buruk. Pendidikan yang seharusnya dapat melahirkan para siswa yang bukan hanya
pintar dalam segi akademik, namun juga berbudi luhur. Akhirnya hanya akan
membentuk siswa yang ketakutan terhadap guru yang seharusnya memberikan
keteladanan. Jika ditelaah lagi, semua kasus yang timbul sebenarnya
dilatarbelakangi hal yang sama. Guru–guru tersebut berharap dengan cara
kekerasan yang mereka terapkan, para siswa dapat lebih disiplin dalam mematuhi
peraturan sekolah. Mereka menganggap kekerasan adalah cara yang paling tepat
untuk mengkomunikasikan hal–hal yang ingin mereka sampaikan. Kekerasan dianggap
sebagai cara terakhir dan paling ampuh untuk membentuk siswa yang lebih
disiplin dan menguasai materi pelajaran yang diberikan. Yang pada akhirnya bertujuan
untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.
Pembiaran bukanlah solusi yang tepat untuk mendewasakan anak didik. Penulis berkeyakinan bahwa pendidikan
adalah kehidupan membangun karakter. Hanya dengan karakter yang baiklah akan
mendapatkan kualitas pendidikan yang baik.
Displin adalah salah satu dari karakter yang seharusnya dimiliki oleh
warga sekolah baik siswa, guru maupun tenaga kependidikan lainya. Dengan displin kita diharapkan akan
hidup lebih teratur. Keteraturan itulah membuat yang satu dengan yang lainnya tidak saling berbenturan. Displin menjadikan setiap orang
mengenali potensi diri dan menggalinya lebih dalam lagi, untuk berbuat lebih
maksimal dan bermanfaat bagi yang lainya.
2. PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DI SEKOLAH
Krisis bangsa saat ini adalah krisis
sumber daya manusia.
Membangun sumber daya manusia merupakan tanggung jawab bagi setiap insan termasuk pendidikan. Sekolah adalah salah satu tempat
pembangunan sumber daya manusia yang tepat. Oleh sebab itu, jika bangsa ini sedang mengalami krisis
sumber daya manusia, itu dapat di artikan bahwa pendidikan bangsa ini belum
sepenuhnya berhasil dalam mendidik generasinya. Banyaknya kasus pelanggaran hukum yang terjadi di negara ini, menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang lemah dan tidak bisa
mengusai diri. Krisis
bangsa ini adalah krisis karakter, jika kekayaan sirna sesungguhnya tidak
ada yang hilang karena kekayaan akan bisa didapatkan kembali dengan cara
bagaimana mendapatkan sebelumnya. Jika kesehatan yang hilang, maka sesuatu telah hilang karena karakter memerlukan kesehatan jiwa
dan raga. Dengan
kesehatan yang baik maka kesempatan yang baik juga diperoleh. Tetapi bagaimana jika karakter yang
hilang? Maka semuanya akan hilang dan bahkan
tidak dapat dikembalikan lagi.
Seorang yang jujur ketika diketahui bahwa dia telah membohongi yang lain, maka kepercayaan itu tidak akan
seperti semula lagi. Semuanya akan hilang termasuk kebaikan kebaikan yang pernah
diperbuatnya.
Upaya membangun karakter bangsa sejak dini melalui jalur pendidikan
dianggap sebagai langkah yang sangat tepat. Karena tujuan utama pendidikan itu
sendiri adalah membagun manusia berkualitas, yaitu manusia berkarakter. Manusia Indonesia berkualitas adalah
mereka yang memiliki karakter Pancasila. Sejak tahun pelajaran 2010/2011 pendidikan karakter dan
budaya bangsa telah di masukkan ke dalam struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Setiap sekolah diberikan tanggungjawab untuk merumuskan dan mengembangkan
konsep pendidikan karakter dan budaya bangsa yang tertuang dalam kurikulum sekolah masing masing.
Kementerian Pendidikan Nasional mengemukakan ada empat sumber
karakter dan budaya bangsa Indonesia yakni agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan. Kemudian diidentifikasi menjadi delapan belas nilai karakter seperti religious, displin, jujur, kerja keras, kreatif, kemandirian, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggungjawab.
Tujuan pendidikan karakter dan budaya
bangsa di sekolah adalah 1)mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai nilai budaya
dan karakter bangsa; 2)mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religious; 3)menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa; 4)mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5)mengembangkan kehidupan
lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur dan penuh kreatifitas dan persahabatan serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (Kemendiknas:2010).
Jadi, sekolah adalah untuk mencerdaskan
bangsa dengan cara mendidik, mengajar dan melatih untuk memiliki kualitas yang luar
biasa dengan berkarakter pancasila.
B. GURU, PESERTA DIDIK DAN DISIPLIN DI SEKOLAH
Pendidikan karakter dan budaya bangsa adalah usaha bersama
warga sekolah yakni guru, peserta didik dan tenaga kependidikan
lainya. Kerjasama ini dilakukan melalui semua mata pelajaran dan menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari budaya yang terbangun di sekolah. Pada kesempatan ini, penulis hanya membahas salah satu dari 18 nilai karakter
yaitu displin. Displin
adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Dengan disiplin diharapkan sesama warga sekolah akan teratur dan tidak berbenturan. Disiplin adalah
membiasakan tindakan baik seperti membiasakan hadir tepat waktu, membiasakan mematuhi aturan, menggunakan seragam putih abu abu, pramuka maupun olahraga sesuai dengan waktunya, penyimpanan dan pengeluaran media
pembelajaran. Semua itu merupakan indikator kedisiplinan siswa. Guru juga seharusnya mendisplinkan diri dengan
memiliki catatan harian,
memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang displin, memiliki tata tertib sekolah, membiasakan dan mengajak anak didik menjadi anak yang patuh, menegaskan aturan dengan menegaskan
saksi secara adil kepada pelanggar tata tertib.
Berbicara tentang disiplin, sekolah tidak bisa terlepas dari persoalan perilaku
negatif siswa dimana perilaku
negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampak sudah
sangat mengkhawatirkan
seperti kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, geng motor dan berbagai
tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya yang tidak hanya dapat
merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan
internal sekolahpun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib
sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan
sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi seperti: kasus bolos, perkelahian,
nyontek, perampasan,
pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua
itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti
penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa
terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan,
keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu
faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah
seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya.
Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar
serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di
rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya
merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Brown dan Brown (dalam Dini: 2011) mengelompokkan
beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :
1.
Perilaku tidak disiplin
bisa disebabkan oleh guru
2.
Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang
kurang atau tidak disiplin.
3.
Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh siswa, siswa yang berasal dari keluarga yang
broken home.
4.
Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku,
tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan
perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan
dalam proses pendidikan pada umumnya.
Selanjutnya, Brown
dan Brown (dalam Dini: 2011)
mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Rasa hormat terhadap
otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai
siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2.
Upaya untuk
menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan lingkungannya.
3.
Kebutuhan untuk
berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam
diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4.
Rasa hormat terhadap
orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar
mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya,
serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5.
Kebutuhan untuk
melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan
untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam
kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6.
Memperkenalkan
contoh perilaku disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang disiplin
diharapkan siswa dapat mengenalinya atau
dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
Guru yang baik adalah panutan untuk yang lain. Guru seharusnya mendisiplinkan dirinya sendiri terlebih dahulu
kemudian mendisiplinkan yang ada diluar dirinya. Pada prakteknya, mayoritas guru sering melalaikan tugasnya sebagai pelatih. Tanpa
disadari mereka hanya mentransfer ilmu pengetahuan di kelas belajar saja. Padahal sebagai guru, mereka seharusnya mampu mengintregrasikan
kedisiplinan itu ke dalam pengajaran. Karena seorang guru diharapkan tidak
hanya mampu mentransfer ilmu pengetahuan tapi juga mampu memberikan teladan
yang baik serta mengarahkan perilaku serta sikap siswanya menjadi lebih baik
lagi. Pemberian “reward and punishment” penugasan dan penilaianya, penggunaan waktu dalam maupun membuka dan menutup pelajaran. Yang perlu diingat dan disadari bahwa
disiplin hendaknya dilakukan atas dasar
tanggung jawab
bukan semata-mata
motif lain dibelakangnya.
Displin yang baik dari seorang guru adalah iklas tanpa mengharapkan imbalan maupun pujian.
Mendisplinkan anak didik adalah tindakan merubah kebiasaan
lama yang lebih baik. Hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah tetapi membutuhkan kerja keras. Sulit berarti bukanlah berarti tidak bisa dirubah melainkan harus
berani untuk memulai menjadi kebiasaan baik. Memulai kebiasaan baik harus
dibarengi dengan niat baik dan kuat supaya menghasilkan hasil yang
lebih maksimal. Mendisplinkan peserta didik bukan berteori tetapi menbuktikan
teori. Guru yang selalu memberikan tugas dan membantu peserta didik yang tidak mampu, selalu memilih kata kata yang mudah
dicerna dan dimengerti, maupun memberikan solusi terhadap kesulitan belajar anak di sekolah
adalah tindakan tindakan mendisplinkan peserta didik.
Displin adalah kunci keberhasilan, ungkapan ini sudah sangat
akrab ditelinga
warga sekolah. Ini
berarti bahwa keberhasilan itu diitentukan oleh kepatuhan dan ketaatan manusia
terhadap aturan dan ketentuan. Keberhasilan dimaksud adalah keberhasilan yang
berkualitas. Majemuknya
warga sekolah mengharuskan adanya hubungan yang satu dengan yang lain. Guru yang menunjukkan kebiasaan baik
dalam hidupnya adalah contoh disiplin yang baik. Mendisiplinkan peserta didik tidak cukup hanya
diajak tetapi seharusnya ditindakkan. Peraturan dan tata tertib
sekolah akan lebih baik apabila peserta didik dan guru melaksanakanya
dengan iklas dan penuh tanggung jawab.
Guru akan lebih baik apabila dengan peserta didiknya. Sebaliknya akan sia-sia seorang guru yang berdisiplin bagus, tanpa dibarengi dengan anak
yang displin juga. Pendidikan akan lebih berkualitas dengan menciptakan disiplin mutualis, dimana disiplin yang saling menguntungkan antara
guru dengan peserta didik. Dengan melihat dan mendengarkan seorang guru sedang
berbicara akan mendisplinkan dirinya sendiri dengan memberikan kesempatan dan menunggu gilirannya untuk bertanya dan memberikan pendapat.
Jadi penulis berkeyakinan, dengan memaksimalkan disiplin mutualis ini seorang guru akan mampu mentransfer ilmu dan pengetahuanya
sambil melatih kedisiplinan anak didik. Karena keberhasilan pendidikan karakter
disekolah adalah keberhasilan peserta didik dalam mendisplinkan dirinya dan
kedisplinan guru dalam mendisplinkan mereka (peserta didik).
C. KOMUNIKASI GURU DAN PESERTA DIDIK
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, manusia dapat
saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari hari dirumah,
disekolah maupun dimana saja. Tidak dapat diabaikan bahwa komunikasi sangat penting
dan strategis fungsinya dalam kehidupan. Dalam kehidupan bersekolah kepala
sekolah tidak memberitahu program sekolah, maka guru dan siswa pasti tidak tahu apa yang akan dilakukan. Komunikasi merupakan peristiwa sosial
yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain.
Bila individu-individu
berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan efektif, proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang atau disebut komunikasi
dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran,
identifikasi, proyeksi dll.
Rutstemen (dalam Mahmud: 2012) menyatakan bahwa proses pembelajaran di kelas merupakan interaksi antara
guru dan siswa dalam komunikasi timbal balik yang
edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Penyampaian interaksi dan komunikasi
harus saling mendukung untuk mendapat hasil yang maksimal. Komunikasi yang efektif diharapkan akan
terjadi antara guru dan kepala sekolah,
guru dengan guru, guru dengan siswa dan guru dengan tenaga pendidik lainnya di sekolah. Hubungan komunikatif membawa
konsekuensi terjadinya interaksi yang berkualitas di sekolah. Dalam hal ini, penulis hanya
membahas komunikasi antara guru dan anak didik.
Belajar
mengajar adalah proses komunikasi yang memerlukan aspek komunikatif, psikomotor
dan afektif. Guru sebagai informan akan memberikan dan menyampaikan gagasan atau konsepnya kepada siswanya, kemudian siswa akan mengubah
menjadi kode-kode dengan cara mereka sendiri. Guru bukan hanya sebagai pengajar
tetapi juga pendidik, maka tugaasnya juga adalah mentransfer sejumlah
norma-norma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh siswa. Jadi, komunikasi
efektif menjembatani
siswa dalam menerima ilmu pengetahuan dan perbuatan yang dilakukannya sehingga
tingkah lakunya sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk
memotifasi siswa seharusnya guru aktif, efektif, dan kreatif. Aktif dalam arti bahwa guru
dapat melihat peluang komunikasi yang baik. Tidak adanya dominasi guru
menjadikan komunikasi lebih efektif karena sesungguhnya pembelajaran di kelas itu adalah berorientasi kepada
siswa. Untuk lebih kreatif dan tidak membosankan, guru seharusnya dapat menciptakan
komunikasi dua
arah yang komunikatif. Humor dapat dijadikan sarana untuk mencairkan dan mengakrabkan
suasana belajar.
Salah
satu komunikasi dapat membuat siswa lebih aktif dengan memberikan
pertanyaan-partanyaan yang sifatnya langsung dijawab oleh siswa. Guru
seharusnya memberikan apresiasi terhadap segala bentuk komunikasi, dan
menghargai jawaban siswa. Dan tidak diperbolehkan memberikan pengajaran yang
bersifat negatif yang bisa menyakiti mereka. Jika guru cenderung tidak
perduli dengan jawaban siswa yang mengakibatkan siswa merasa bahwa jawaban
mereka tidak berkualitas dan tidak penting. Jika hal ini tidak segera diatasi
maka akan memburuk dan bahkan akan kehilangan komunikasi yang baik dengan
siswa. Sebisa mungkin guru harus menjaga komunikasi yang positif dan bukan memberikan penghakiman bahwa siswa
ini bodoh, jelek, malas, dll.
Menurut
Jalaludin (dalam Mahmud: 2012) komunikasi efektif ditandai dengan
adanya perhatian dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, menunjukkan
hubungan sosial yang baik dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan. Jadi,
komunikasi yang dilakukan secara positif, aktif, kreatif dan efektif akan
menumbuhkembangkan siswa. Dengan menghasilkan pengertian yang cermat,
terciptanya kesenangan, mempengaruhi sikap, terciptanya hubungan interpersonal yang makin baik dan tindakan positif
pada siswa. Komunikasi yang baik akan menghasilkan prestasi dan karakter anak
didik yang baik juga.
D. PERANAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP DISPLIN DAN PRESTASI SISWA
Proses
belajar mangajar merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik
didalam kehidupan, yakni membimbing, memperkembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu
akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Dengan demikian, ditinjau secara luas manusia yang hidup dan berkembang itu
adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil dari
belajar. Hanya perlu diketahui bahwa tidak semua hasil belajar itu berlangsung
secara sadar dan terarah, bahkan ada kecenderungan bahwa perubahan-perubahan
yang tidak disadari dan tidak direncanakan itu lebih banyak yang memberi
kemungkinan perubahan tingkah laku yang berada diluar titik tujuan. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan itu perlu
diarahkan dan didisain. Setidak-tidaknya sebagian dari kehidupan itu perlu
dibimbing secara sistematis.
Dalam arti khusus
dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk
membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka
itu guru tidak semata-mata sebagai “pendidik” yang transfer of knowledge,
tapi juga seorang “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus
sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik
dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya
mengantarkan siswa ketaraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana
kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi
kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Tenaga edukatif
professional yang dapat memberikan pelayanan optimal kepada siswa demi masa
depan siswa itu sendiri dan peningkatan mutu generasi muda bangsa, hingga saat
ini masih dirasakan amat sulit dan sukar dipecahkan masalahnya. Ini disebabkan oleh karena fungsi lembaga pendidikan
sangat kompleks, melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Beberapa peran dan fungsi dari seorang guru seperti sebagai manajer,
observer, diagnoktis, edukator, organisator, pengambil keputusan, presenter,
komunikator, mediator, motivator, konselor dan evaluator.
Sebagai manajer, guru seharusnya dapat
mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan
siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan
dan sumber-sumber pembelajaran. Sebagai
observer, guru harus mempunyai kemampuan mengamati
secara cermat semua peserta
didik, mulai dari tindakan, reaksi dan
interaksi mereka. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta
didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik merupakan peran guru sebagai diagnostis yang mapan. Guru
sebagai edukator
melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum
dan program pembelajaran. Sebagai
organisator seharusnya guru berkemampuan mengorganisir
program pembelajaran. Memilih
bahan/materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan
dilaksanakan serta membuat program pribadi. Mampu menjadi pembuka, narator, penanya maupun penjelas dari setiap
diskusi.
Sebagai mediator guru seharusnya mampu memediasi peserta didik dan
masalah-masalah yang timbul. Memberikan
dorongan untuk memampukan peserta didik menjadi dirinya sendiri. Guru
seharusnya menjadi sahabat dengan memberikan masa depan pendidikannya,
kepribadian yang baik, perlunya memiliki rasa sosial dan emosional yang cerdas.
Kedudukan dan peran guru sangat penting untuk menciptakan
generasi mendatang yang cerdas, mandiri dan mampu membawa masa depan bangsa
yang lebih cerah. Kemampuan guru untuk berkomunikasi
dengan peserta didik dan mengganggapnya
sebagai rekan kerja sangatlah diharapkan. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Karena
itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kualitas yang baik. Bukan hanya berkualitas dalam
penguasaan materi, tetapi juga berkualitas dalam berkomunikasi, sehingga guru
dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan akurat. Dengan demikian siswa pun termotivasi untuk mematuhi segala
ketentuan, aturan, tata tertib maupun konsekuen dalam kesepakatan.
Simpulannya, penulis berkeyakinan bahwa
dengan terjalinnya komunikasi mutualis antara guru dan siswa diharapkan akan
memotivasi siswa untuk lebih mendisiplinkan diri dalam kegiatan belajar demi mencapai prestasi yang gemilang.
3.
KESIMPULAN
Seorang guru harus mampu menumbuhkan
disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru seharusnya memiliki kesabaran yang baik sehingga mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Membantu
siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari
latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan
kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya
dan mengembangkan dirinya secara optimal.
- Membantu
siswa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki
standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang
sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan
berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam
pergaulan pada umumnya.
- Menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat ketentuan, peraturan dan tata tertib. Perturan-peraturan
tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif
atau tidak disiplin.
4.
Memberikan contoh perilaku
disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang disiplin diharapkan siswa
dapat mengenalinya
atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
5.
Lebih menekankan
disiplin preventif untuk mendorong para siswa agar mengikuti berbagai standar
dan aturan, sehingga tindakan indisiplin dapat dicegah. Sasarannya adalah untuk
mendorong disiplin diri siswa. Dengan cara ini siswa menjaga disiplin diri
mereka dan bukan karena suatu tekanan atau paksaan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Borich, Gary D. 1996. Effective Teaching Methods. University of Texas at Austin.
Dini, 2011. Strategi Guru Mendisiplinkan Siswa
Dalam Proses Pembelajaran. http://dini0922098.blogspot.com/2011/04/strategi-guru-mendisiplinkan-siswa.html. Di akses 23 Juni 2012
Handoko, Tani 2011. Jenis-jenis Disiplin. http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2113934-jenis-jenis-disiplin-menurut-hani/#ixzz1z0W5S4kg. Diakses 14 juni 2012
Harmer, Jeremy. 2003. The Practice of English Language Teaching. Pearson
Education Ltd.
----------, 1998. How to Teach English. Pearson Education Ltd
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Manullang, Belfrik. 2012. Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran. Medan: Pascasarjana- Universitas Negeri Medan
Mahmud 2012. Pola
Hubungan antara Guru dan Murid di SMA. http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/06/pola-hubungan-antara-guru-dan-murid-di.html# Di akses 14 Juni 2012.
Wiratmo, Bambang 2010. PTS:Upaya Meningkatkan Disiplin Guru
Melalui Sistem Reward dan Funishment Guna
Menunjang Efektivitas Proses
Belajar Mengajar Di SMAN 1 Cileles. Di akses 12 Juni 2012
BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU
MENDISIPLINKAN SISWA
0 komentar:
Posting Komentar